Tidak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa sebuah kawasan pergudangan militer yang sudah tidak digunakan dapat dialih-fungsikan menjadi kedai kopi, tempat makan dan kantor. Nyatanya, sebuah kawasan pergudang di area Gudang Selatan berubah bentuk menjadi kawasan industri kreatif yang penuh fungsi. Terdapat galeri, kantor, tempat makan, dan kedai kopi.
Adalah Abraham & Smith, sebuah kedai kopi unik yang kami kunjungi hari Minggu sore lalu. Abraham & Smith terletak di Jalan Gudang Selatan No. 22, memanfaatkan sebuah bangunan gudang militer yang sudah tidak digunakan lagi. Terdapat dua gudang besar di sini, kedai ini berada di gudang A yaitu gudang yang letaknya paling depan.

Ketika berbincang dengan barista senior mereka, Mr. Parker, konsep yang diusung memang sengaja disesuaikan dengan lokasi tersebut. Para penikmat kopi diharapkan memiliki sensasi ngopi tersendiri ketika berkunjung. Pengunjung tidak akan dimanjakan oleh suasana ruangan yang rapi, teratur, dan nyaman, melainkan akan dimanjakan dengan sajian kopi mereka. Jadi jangan kaget kalau tidak ada sofa empuk serta pendingin ruangan dengan pengaturan pencahayaan yang sedemikian rupa terang seperti di kedai kopi kebanyakan.
Meja dan kursi yang disediakan juga tidak seperti meja dan kursi di kebanyakan kedai kopi, ada park bench yang disimpan di sudut ruangan, ada meja dan kursi dari besi yang rustic, atau tong-tong bekas yang diberi jok kulit. Dibiarkan begitu saja, tidak diatur secara simetris, tapi tetap berfungsi dengan baik. Barang-barang antik dari masa lampau menghias pajangan dinding di beberapa sudut kedai, temboknya dibiarkan raw yang jauh dari kesan rapi.
Jangan juga kaget kalau menemukan bijih “aneh” di sini, seperti sore kemarin, kami ditawari bijih yang diberi label Ladang Ganja. Bijih yang dihasilkan dari perkebunan kopi yang dibangun di atas lahan bekas perkebunan ganja. Bisa ditebak, kopi gayo ini datangnya dari provinsi paling ujung nusantara, Aceh. Ada beberapa bijih yang tersedia untuk single origin di Abraham & Smith, hanya saja kami lupa tidak mengingatnya satu per satu. Pilihan sore itu jatuh kepada bijih Puntang yang populer.

Datang dari sebelah selatan Bandung, Puntang memberikan rasa bebuahan yang segar, sedikit manis, dengan aftertaste yang lembut. Menggunakan metode manual V60, Puntang dari Abraham & Smith sungguh menggoda lidah untuk segera menghabiskan kopi digelasnya, lalu kemudian memesan lagi gelas lainnya.
Satu keunikan lain yang kami temukan di sini, cold brew mereka yang dikemas dalam botol kaca. Mirip dengan botol bir. Biasanya kita temui produk serupa dikemas dalam botol plastik, baru kali ini saya temukan cold brew dalam satu botol kaca. Ada pilihan kopi hitam dingin signature mereka dan kopi susunya. Sore itu, saya menghabiskan hampir dua botol kopi susu. Pengalaman menenggak kopi dingin melalui botol kacanya ini unik, jarang ditemukan di kedai lain.

Meski suasananya sedikit temaram dan berkarat, kursi di sini seringkali penuh. Saya jadi meragukan definisi kenyamanan yang saya pegang selama ini, karena begitu duduk menikmati cold brew yang mereka klaim sebagai sajian dengan kualitas spiritual yang kental (spiritual quality) dan berdiskusi dengan Mr. Parker waktu berlalu tanpa terasa, kemudian betah.
Salah satu dari kami memesan latte, dan ketika disajikan, kami sepakat bahwa sajian kopi di sini tidak main-main. Bukan hanya dari segi rasa, tampilannya juga memukau. Tengok bagaimana secangkir latte yang dihiasi latte art dari salah satu barista mereka yang sangat menarik.

Menikmati kopi enak memang selalu memberikan rasa menyenangkan, kopi itu harus membahagiakan, dan Abraham & Smith mengerti betul bagaimana membuat pengunjungnya bahagia.
Walaupun sedikit kesulitan ketika menemukan kedai kopi yang dimulai sejak tahun 2014 lalu ini, tapi semua kesulitan dan penampilan kedai yang “unik” tadi dibayar dengan kenikmatan yang menurut saya sebanding. Saya pribadi tidak akan berpikir dua kali untuk kembali ke tempat ini.



Foto-foto oleh Ferdyansyah Poernama.
No Comments